Petualangan di Lautan Pasir

Mau mulai dari mana dulu ya? Yang jelas pengalaman kemarin adalah pengalaman yang paling seru dalam berpetualang. Kalau berbicara tentang petualang sebenarnya sih, aku sudah sering berpetualang. Berpetualang sendiri ke kota orang tanpa ada teman dan tak tau arah atau keadaan kota tersebut. Aku juga pernah camping, hidup di hutan walaupun itu osjur (hehhee).  Tapi untuk kali ini saya akan bercerita petualangan saya dan teman-teman yang kusayangi karenaNya. 


Pada awalnya saya mengira perjalanan ini adalah perjalanan biasa, ya seperti perjalanan-perjalan camping saya kemarin. Perjalanan ke lautan pasir bersama teman-teman FLP Malang. Kami sudah merencanakannya dari jauh-jauh hari. Karena yang berhalangan hadir, jadi hanya 8 orang yang bisa ikut perjalanan itu.  6 cewek dan 2 cowok. Sempat kami berenam dan itu cewek semua mau berangkat sendiri, karena ternyata dari teman laki-laki kita ada yang mendadak sakit. Ntahlah kok bisa mendadak sakit, mungkin udah takut duluan kali ya,,sama kita berenam. Takut dikeroyok. Otomatis teman yang satunya juga ragu-ragu mau ikut atau tidak.  Berangkat? Gak? Berangkat? Gak?...okelah langsung saja kami menawarkan kebeberapa teman kami dan itupun tidak ada yang bisa. Tak lama kami galau dengan perjalanan itu akhirnya kabar baikpun masuk ke salah satu hape teman kami. Akhirnya, akhirnya dan aaakhirnyaaaa jadi ikut juga mereka. 
The First Experience
Di perjalanan menggapai misi tersebut, seharusnya bisa ditempuh kira-kira 2 jam. Karena malam itu adalah malam minggu, jalanan macet. Macet bukan karena ada si komo lewat, bukan karena ada kereta api dan lampu merah. Macet karena ada sekumpulan anak muda (cewek dan cowok) dengan berbagai atribut gaul meraka. Tidak hanya anak muda, anak kecil yang seharusnya mendapat pendidikan lebih tenang moral, akhlak, dan sopan santun juga ikut terlihat nimbrung di sana. Duduk-duduk di pinggir jalan, terlihat mereka berkumpul tak tau apa yang mereka bicarakan. Ada yang duduk-duduk di pembatas jalan tengah. Ada juga yang sekedar duduk sambil melihat peredaran arus lalu lintas.  Pemandangan itu terlihat sangat panjang. Panjang di tepi jalan.  Fenomena malam yang mengagumkan. Dan saya sebut itu adalah keagungan Tuhan. Tuhan menciptakan makhluknya dengan berbagai sifat dan keadaan yang berbeda agar kita bisa mengambil hikmah dari semua itu.  Masa meraka sangat banyak. bisa dibilang pengkaderan mereka sukses besar. Tidak tau bagaimana trik mereka. Kalau trik mereka bagus, mungkin bisa dicontohlah bagaimana mereka bisa merekrut anggota. Dan membuat anggotanya betah berkumpul dengan mereka.  perjalanan terus berlanjut hingga saya tidak tau ada apa saja di setiap perjalanan tersebut. Hingga sampailah di jalan yang berputar-putar dan ada jurang di kanan-kiri jalan kami.
  
The Second Experience
Katanya sih tempat itu dingin, sampai-sampai kita harus membawa perbekalan, syal, jaket, dan kaos tangan. Tapi bagi saya masih saja gerah, panas. Susana di dalam mobil yang membawa kami ketempat misi kami sangat panas. Jadi walaupun sudah sampai ditempat tujuan, masih saja berkeringat. Baru merasakan bahwa keadaan daerahitu dingin setalah keluar dari mobil dan mencicipi air kamar mandi.  Rasa panas itu seakan-akan hilang. Berganti rasa dingin yang mencekam. Tangan, kaki, berubah dingin dan mati  rasa. Terlihat juga di sana, banyak penjual yang menawarkan syal, kaos tangan dan topi pelindung terlinga.  Untuk yang berjilbab, mungkin topi itu tidak begitu bermanfaat. Tapi manurut saya, untuk teman-teamn yang masih terlihat daun telinganya, topi itu sangat bermanfaat sebagai pelingdung telinga.  Saya pernah baca novel, kenapa orang-orang yang hidup di daerah subtropis memakai penutup kepala atau penutup telinga. Mereka melakukan itu untuk menghangatkan badan dan mengamankan telinga mereka. Di daerah subtropis jika musim salju datang , suhu bisa mencapai di bawah nol derajat. Jadi mereka sangat berjaga-jaga agar telinga mereka tidak membeku. 
The Third Experience
Perjalanan teletubbis menyusuri lautan pasir. Aneh bukan?. Biasanya kan teletubbis berada dibukit-bukit hijau. Tapi ini lain, gerombolan teletubbis menyusuri lautan pasir. Tak tau arah. Tak ada kompas, ataupun guide. Hanya mengandalkan dua sumber cahaya redup dari senter HP. Mungkin ada sebagian yang bertanya, kok ada teleubiis nyasar ke lautan pasir? Pada ngapain disana? Apa mereka gak syuting untuk acara besok? Apa mereka gak membuat puding tabi untuk perbekalan syuting mereka?. Yang jelas teletubbis yang menyusuri lautan pasir ini adalah teletubbis dengan berbagai macam karakter sekaligus berbagai macam keunikan mereka. Yach, kami menyebutkan teletubbies karena memang mirip teletubbies. Gerombolah kami memakai atribut pengaman rasa dingin,jika dilihat dari belakang mirip dengan teletubbies:D

The Fourth Experience
Pasukan teletubbies masih saja nekat melanjutkanperjalanan dengan ditemani dua bodyguardnya. Ntah apa jadinya jika pasukan teletubbies tanpa dua bodyguard itu. Ya walaupun para bodyguard itu juga tak tau keadaan medan dan arah daerah tersebut. Paling gak, mengurangi rasa takutlah. Semakin lama jalanan gelap itu semakin turun. “Seharusnya kan naik gunung, tapi ini kok malah turun gunung? Gak salah arah nih?,” celetuk salah satu personil rombongan kami. Terlihat di seberang jalan sana, ada sosok mematung, dan berdiam diri di tep jalan. Tiba-tiba sosok itu mengikuti perjalanan rombongan kami. Wah, ternyata setalah banyak cerita di sepanjang perjalanan, orang itu juga tersesat. Ya sudahlah kita berpetualang bersama. Walaupun sebenarnya kita semua masih ragu-ragu dengan langkah yang kami ambil. Kami sangat hati-hati walaupun imaginasi kita terus berkembang. Kami sempat berfikir di arah yang kita tuju, ada laut, ada pasir hisap, lumpur hisap seperti di film-film. Kita sempat merangkak, dan berjalan sangat pelan ketika menemui sebuah gundukan, atau tebing. Rasanya perjalanan malam itu sangat terjal. “Ya Tuhan, belum naik gunung saja jalanan suddah seterjal ini. Bagaimana naik gunungnya nanti??”. Kami  juga sempat berfikir untuk berhenti, dan menunggu pagi ditempat itu. Tapi demi sebuah misi, yaitu misi melihat keindahan ciptaan Tuhan “Sunrise kami siap menghadapi halangan rintangan yang ada di depan kita. Hanya satu petunjuk kami yaitu asap dan gunung yang sering kami lihat di internet-internet. Bagaimanapun keadaanya, kami harus menuju sumber asap itu.

Dan pada akhirnya,akhirnya akhirnya dan akhirnya sampai tak berujung akhirnya, setelah lama melakukan perjalanan, muncul lampu-lampu kecil. Alhamdulillah ada sedikit cahaya. Menemukan cahaya itu seperti  menemukan hidayah. “Habis gelap terbitlah terang,” begitulah analoginya. Kami semakin semangat menancap gas kekuatan kami. Tujaun kami semakin dekat. Sebentar lagi kita akan melihat keindahan alamNya. 

The Fifth Experience
Semakin lama, jalan yang kami tempuh semakin berat. Jalanan semakin naik. Sementara sebentar lagi akan ada panggilan Tuhan untuk menenuaikan kewajibanNya. Tak lama setelah itu terdengar sayup-sayup adzan. Seketika dan gak tau ada dimanakah itu, kami segera menunaikan sholat shubuh berjama’ah. Karena tidak ada air, kami bertayamum menggunakan pasir. Seketika kami sholat di atas pasir tepi jalan target misi kami. Begitulah enaknya kalau bepergian dengan teman-teman se-iman. Dimanapun dan bagaimanpun keadaannya, jika tiba waktu sholat, akan segera menunaikannya.
Kecil, sangat kecil. Merasa diri ini sangat kecil di tengah hamparan pasir yang begitu luas, dan di bawah kaki pendakian. Sujud menengadah dan berdo’a waktu shubuh mengingatkan kita bahwa kita bukanlah apa-apa. Kita hanyalah bagain terkecil dari ciptaaNya. Bagian terkecil bahkan sangat kecil bagai debu di jagat raya ini. 

Sholat shubuh menambah kekuatan kami untuk melajutkan perjalanan. Hari sudah mulai pagi, mataharisudah mulai terbangun. Pemandangan dan keindahan terus menghiasi pagi itu. Ya seperti biasa, cahaya kamrea juga ikut bersaing dengan cahaya matahari untuk menngkap keindahan fenomena alam. Puncak. Dan yey, sebentar lagi kita akan sampai puncak dan sumber asap petunjuk arah kami. Yap hanya membutuhkan bebrapa langkah lagi. Kami akan sampai puncak Gunung Bromo.

0 comments:

Posting Komentar