“Untuk menjadi orang besar
dan menghsilkan sesuatu yang besar maka kita harus osistensi dalam bekerja,
tidak menunda-nunda pekerjaan, berusaha, dan tawakal pada Nya”, Begitulah pesan
Prof. Dr. Sutiman ketika di wawancarai diruangannya Senin kemarin(29/11). Sosok
yang terlihat sabar dan tenang itu, telah
berkenan untuk membagi pengalaman tentang lika-liku kehidupannya serta
rencana-rencana kedepannya untuk mengembangkan fakultas Sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Malang. Dekan Fakulatas Sains dan teknologi bercerita,
bahwa dirinya bisa seperti sekarang ini tidaklah direncanakan, akan tetapi
semunya berjalan apa adanya. Hanya punya rasa ikhlas untuk melakukan sesuatu
dan mempunyai niatan yang kuat untuk menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi
orag lain hal tersebut akan mengantarkan kita pada hal-hal yang tidak pernah
kita rencanakan sebelumnya.
“saya hanya berusaha untuk
ikhlas dalam melaksanakan tugas dan tidak menunda-nunda pekerjaan selain itu selalu
kritis dalam lingkungan untuk mencipatakan inovasi-inovasi terbaru yang
bermanfaat bagi orang lain”, ujar Profersor penemu rokok sehat tersebut.
Ide itu adalah fitrah
yang di miliki manusia. Munculnya ide dalam menemukan rokok sehat karena adanya
niatan untuk mengatasi permasalahan masyarakat akan bahaya racun nikotin yang terkandung dalam rokok. Hari bebas tembakau sedunia sebenarnya
tidaklah perlu diadakan dan di peringti, karena segala sesuatu itu tidaklah
diciptakan untuk membawa mala petaka saja akan tetapi segala sesuatu yang di
ciptakan Tuhan pasti ada hikmah dan manfaatnya. Terkait dengan penemuannya,
beliau menjelaskan bahwa untuk menemukan rokok sehat ini harus melalui
penelitian yang cukup lama. Karena peneliti yang sesungguhnya adalah peneliti
yang telah meneliti hasil temuannya
selama 4-10 tahun. Kemudian terus diuji kemampuannya, diseminarkan, di
publikasikan, diperdebatkan dan dibantah
oleh banyak orang. Selain itu juga seorang peneliti adalah orang yang peka
terhadap permaslahan di sekitarnya.
Terkait dengan
rencananya mengembangkan Fakultas Sains dan teknologi kedepan, Professor yang
pernah menempuh S3 di Universitas Nagoya Jepang ini berencana untuk menambah
pasca sarjana dalam bidang Sains dan Teknologi dan Pendidikan Sains dan
Teknologi, sehingga terdapat dua fakultas pasca sarjana dalam bidang sains dan
Teknologi. Akan tetapi ketika ditanya
tentang rencana untuk menjadikan fakultas ini menjadi ICP (International
Class Program) beliau berpendapat bahwa kelas international tidaklah
identik dengan memakia bahasa Asing saja.
“Sistem pendidikan, ilmu pengetahan yang
unggul sehingga dapat menarik bengsa lain untuk belajar disitu, Sebenarnya
itulah yang di harapkan dari kelas Internasional” .Ujar Alumni S1 dan S2
Jurusan Biologi Universitas Gajah Mada ini.
Dengan adannya sistem
pembelajaran general dan penjurusan di ssemester akhir dalam jurusa-jurusan Sains
dan Teknologi ini diharapkan dapat menguasai basic dalam ilmu tersebut sehingga
dapat di aplikasikan atau dapat di bawa dalam bidang apa pun.
0 comments:
Posting Komentar