Semua aktivitas yang dilakukan manusia, mayoritas mengandung
nilai matematika. Seperti halnya berbelanja untuk memenuhi kehidupan
sehari-hari dan yang mempelajari suatu ilmu pengetahuan (matematika) di
wilayah pendidikan. Nabi Muhammad saw pun dahulu juga memiliki
kecerdasan matematika. Terbukti jika beliau tanggung jawab dalam
menggembala kambing yang bukan miliknya sendiri (milik pamannya). Selain
itu, beliau yang sangat menjaga amanah dalam barang dagangan milik
majikannya (sayyidah Khodijah).
Dalam hadis Shahih
Bukhari, yaitu pada hadis ke-35, 270, 545, 589, dan 602 merupakan sebuah
bukti bahwa Nabi Muhammad saw telah menggunakan nilai matematika dalam
kehidupannya. Dengan kata lain, beliau juga memiliki kecerdasan
matematika.
Istilah matematika, tentu bukanlah hal yang asing
bagi seluruh manusia di muka bumi ini. Mulai dari kecil, remaja, hingga
dewasa, ilmu itu selalu menjadi santpan dalam bidang keilmuan,
terutama menjadi salah satu aspek penentuan untuk memasuki semua jenjang
pendidikan. Maka tak ayal lagi, jika ilmu matematika merupakan perkara
yang wajib dipelajari agar dapat menguasainya. Seperti halnya operasi
penjumlahan, yang banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Setiap
orang yang melakukan transaksi jual beli, tukar-menukar barang, dan lain
sebagainya, minimal mereka mengaplikasikan operasi penjumlahan dalam
transaksi tersebut.
Begitu pula yang terjadi pada sosok Nabi
Muhammad saw. Di waktu kecil, beliau sudah menggembala kambing di padang
rumput. Ketika mengambil hewan gembalaannya, beliau selalu
menghitungnya. Sebaliknya, ketika akan dikembalikan di kandangnya, maka
hewan tersebut dihitung kembali agar tidak terjadi kekurangan ataupun
kelebihan. Selain itu, beliau juga pernah berdagang barang dagangan
milik sayyidah Khadijah, yang kemudian menjadi istri beliau.
Ketika berdagang pun, beliau melakukannya dengan jujur. Tidak ada unsur
tipuan dalam melakukan transaksi tersebut.
Penggunaan operasi
penjumlahan memang tak dapat dipungkiri pemakaiannya. Hal itu selalu
berkecimpung dan dapat dirasakan dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan
Rasulullah, operasi penjumlahan juga diterapkan kedalam kehidupan
sehari-harinya. Pada salah satu sifatnya yaitu fathanah
tercermin dalam cara mengambil sikap ketika menganalisis masalah. Dengan
berpikir secara cerdas dan matematis, merupakan sebuah bukti bahwa
sifat Rasulullah juga mencerminkan sifat kecerdasan matematika. Dan
sifatnya yang fathanah itu beliau berpikir secara jernih,
kreatif, dan inovatif. Ketika menjadi pemimpin, secara matematika beliau
tidak hanya berpikir untuk hari ini saja tetapi benar-benar
mempertimbangkan dengan matang terkait rencana-rencana ke depannya. Oleh
karena itu, beliau selalu cerdas dan tepat dalam mengambil tindakan dan
mempertimbangkan suatu yang akan dihadapinya.
Berdasarkan paparan
di atas, peneliti akan menganalisis lebih mendalam lagi terkait
kecerdasan matematika Nabi Muhammad saw, terutama dalam hal penggunaan
operasi penjumlahan yang dilakukan beliau semasa hidupnya.Untuk melengkapi keagungan kenabiannya, maka Rasullulah (Nabi Muhammad saw) diberi oleh Allah 4 sifat yaitu shiddiq, amanah, tabligh, fathanah, Shiddiq
berarti memiliki kejujuran dalam melakukan tindakan ataupun dalam
perkataan, jujur akan membawa pada kebenaran dan kebaikan. Sehingga
dalam perkataan dan perbuatannya dipenuhi oleh sifat-sifat yang
membenarkan dan merupakan sebagai penopang tegaknya imannya. Sifat yang kedua adalah amanah, dalam hal ini sifat beliau dapat dilihat ketika beliau menjadi karyawan sayyidah Khodijah untuk berdagang. Beliau melakukannya dengan penuh tanggung jawab dan amanah. Sifat yang ketiga adalah tabligh.
Rasulullah selalu menyampaikan sesuatu yang benar adalah benar dan
sesuatau yang salah adalah salah. Beliau juga mempunyai sifat komunikasi
yang baik dan bisa bergaul dengan siapa pun.
Sifat yang terakhir dari sifat Rasulullah adalah fathanah yang
mempunyai arti cerdas dalam berpikir dan mengambil tindakan. Sehingga
beliau memiliki cara berpikir kreatif, dan inovatif. Segala sesuatu yang
akan ia kerjakan penuh dengan perhitungan dan pertimbangan. Dengan
sifatnya itu ketika memimpin, beliau dapat mensinergi anggotanya serta
harus memperhitungkan apa yang akan terjadi pada saat kematian, yaumul hisab, dan rencana-rencana mendatang.
Manusia memiliki kecerdasan menurut Dr. Howard Gardner
Teori kecerdasan salah satunya teori multiple intelligences.
Teori ini diperkenalkan pada tahun 1983 oleh Dr. Howard Gardner, guru
besar di bidang Psikologi dan Pendidikan dari Harvard University. Multiple intelligences, dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan kecerdasan majemuk atau kecerdasan ganda.
Kecerdasan
tersebut merupakan gambaran sifat alami manusia dari sebuah perspektif
kognitif, seperti seseorang yang sedang merasakan dan menyadari keadaan
sesuatu, terutama mengelola informasi baru yang masuk ke dalam diri
manusia dan mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari.
Multiple intelligences
juga merupakan indikator yang penting dan alat untuk menerima informasi
baru sebagai pilihan gaya belajar, gaya bekerja, dan perilaku, serta
kekuatan alaminya. Tipe-tipe intelegensi yang dimiliki seseorang tidak
hanya mengindikasikan sebuah kapasitas seseorang, tetapi juga bagaimana
mereka memilih cara belajar dan mengembangkan kekuatannya, sekaligus
meminimalkan kelemahannya.
Dr. Gardner menyebutkan bahwa
intelegensi bukanlah suatu kesatuan tunggal yang bias diukur secara
sederhana dengan tes IQ. Intelegensi dapat ditingkatkan dan berkembang
sepanjang sejarah hidup seseorang. Dr. Gardner mendefinisikan
intelegensi sebagai suatu kapasitas untuk memecahkan permasalahan atau
membentuk produk yang bernilai dalam satu atau lebih latar budaya.
Pada
awalnya, Dr. Gardner merumuskan tujuh intelegensi kolektif yang
bersifat sementara. Dalam perkembangan penelitian selanjutnya, beliau
menambahkan suatu intelegensi lagi sehingga ada delapan jenis
intelegensi yang secara bersama terdapat dalam diri anak-anak dan
dewasa, yaitu:
a. Kecerdasan Linguistik, adalah kapasitas
menggunakan bahasa untuk menyampaikan pikiran dan memahami perkataan
orang lain, baik secara lisan maupun tertulis.
b. Kecerdasan
Logika-Matematika, adalah kapasitas untuk menggunakan angka, berpikir
logis untuk menganalisis kasus atau permasalahan, dan melakukan
perhitungan matematis.
c. Kecerdasan Visual-Spasial, adalah
kapasitas untuk mengenali dan melakukan penggambaran atas objek atau
pola yang diterima otak.
d. Kecerdasan Kinestetik-Tubuh, adalah kapasitas untuk melakukan koordinasi pergerakan seluruh anggota tubuh.
e. Kecerdasan Musikal, adalah kapasitas untuk mengenal suara dan menyusun komposisi irama dan nada.
f. Kecerdasan Interpersonal, adalah kapasitas untuk memahami maksud, motivasi, dan keinginan orang lain.
g. Kecerdasan Intrapersonal, adalah kapasitas untuk memahami dan menilai motivasi dan perasaan diri sendiri.
h.
Kecerdasan Naturalis, adalah kapasitas untuk mengenali dan
mengelompokkan fitur tertentu di lingkungan fisik sekitarnya, seperti
binatang, tumbuhan, dan kondisi cuaca.
Dr. Gardner
menyebutkan bahwa kecerdasan-kecerdasan tersebut tidak beroperasi secara
sendiri-sendiri. Kecerdasan-kecerdasan tersebut dapat digunakan pada
satu waktu yang bersamaan dan cenderung saling melengkapi satu sama lain
saat seseorang mengembangkan kemampuannya atau memecahkan permasalahan.
Hal
ini termasuk juga bahwa kecerdasan-kecerdasan tersebut dapat digunakan
untuk hal yang bersifat membangun atau merusak. Jadi, hal ini bergantung
bagaimana cara seseorang mengelola dan memanfaatkan
kecerdasan-kecerdasan yang ada pada dirinya tersebut
Hubungan Antara Kecerdasan Matematika dengan Sifat Fathanah
Sangat
menakjubkan sekali, ternyata manusia tidak hanya mempunyai 3
kecerdasan yaitu IQ, EQ, dan SQ. Untuk membentuk kepribadian yang
sempurna, ketiga kecerdasan tersebut harus saling melengkapi satu sama
lain. Sebenarnya sebelum ketiga kecerdasan tersebut ditemukan, telah
dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Dr Howard Gardner seorang guru
besar Psikologi Harvard University telah menemukan Multiple Intelligences yang tidak bisa diukur oleh IQ. Pada mulanya dari tujuh kecerdasan intelligences tersebut Dr. Howard Gardner menambah satu kecerdasan lagi sehingga menjadi 8 kecerdasan intelligences yang dapat digunakan pada anak-anak atau orang dewasa.
Diantara 8 kecerdasan tersebut terdapat satu kecerdasan yang sesuai dengan salah satu sifat Rasulullah yaitu fathanah.
Kecerdasan itu adalah kecerdasan logika matematika, yaitu kapasitas
dalam menggunakan angka, menganalisis kasus, dan berpikir secara
matematis. Begitu juga dengan Rasulullah yang memiliki sifat fathanah/cerdas,
dengan sifatnya ini beliau bisa lebih memahami dan mendalami tugas dan
tanggung jawabnya serta bisa berpikir jernih, efektif, kreatif, jitu,
dan inovatif.
Dalam memimpin pun beliau dapat mensinergis
anggotanya sehingga mengajarkan untuk berpikir jauh kedepan dan
rencana-rencana yang akan dilakukan 5-10 tahun kedepan. Tidak hanya itu
juga sebagai pemimpin beliau juga mengajarkan untuk
memperhitungkan/mempertimbangkan sebelum mengambil tindakan. Beliau juga
menggunakan sifat ini dalam kehidupan sehari-hari seperti menggembala
kambing, berdagang, menerima perintah shalat. Berdakwah, menyelesaikan
cobaannya, dan sebagainya.
Dalam menggembala domba, beliau
menggunakan kecerdasan matematikanya untuk menghitung hewan
peliharaannya sebelum dilepas ataupun sebelum diamasukan kembali dalam
kandangnya. Sehingga beliau selalu menggunakan ketelitiannya dalam
menghitung agar selalu lengkap. Ketika beliau menemani sayyidah
Khodijah dalam berdagang beliau menggunakan kapasitas dalam menggunakan
angka untuk menghitung jumlah pengeluaran maupun jumlah pemasukan dalam
jual-beli.
Ketika mendapatkan cobaan dari Allah pula, seperti
halnya serangan yang berasal dari orang-orang kafir, dengan sifatnya
yang fatonah beliau bisa menganalisis kasus untuk menemukan jalan keluar
yang tepat dalam melewati semua cobaannya. Sehingga ketika kecerdasan
logika matematika dan sifat fathanah saling berkaitan bisa
digunakan untuk menyempurnakan cara berpikir dan cara kita bersikap
dalam lingkungan ataupun dalam suatu organisasi.
Hadist-hadist yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw memiliki kecerdasan matematika, dalam kitab Shahih Bukhari.
1. Hadis ke-545
Artinya:
“Ibnu Umar ra mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda: Kunci yang
ghaib ada lima, tidak seorangpun dapat mengetahuinya melainkan hanya
Allah swt: (1) Tidak seorangpun yang mengetahui apa yang akan terjadi
besok. (2) Tidak seorangpun yang mengetahui bayi yang ada dalam
kandungan. (3) Tidak seorangpun yang mengetahui apa yang akan
dikerjakannya besok. (4) Tidak seorangpun yang mengetahui di bumi mana
dia akan mati, dan (5) Tidak seorangpun tahu kapan hujan akan turun.”
2. Hadis ke-602
Artinya: “Diberitakan oleh Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda: Allah tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia pada sepertiga (tsuluts) yang akhir tiap malam.”
3. Hadis ke-135
Artinya:
“Dari Abu Said al-Khuri ra katanya Rasulullah saw bersabda: Apabila
seseorang masuk Islam, kemudian Islamnya menjadi baik, niscaya Allah
menghapus segala kejahatannya. Sesudah itu setiap kebaikan dibalas sepuluh sampai tujuh ratus kali. Sedangkan kejahatannya dibalas (hanya) setimpal dengan kejahatan itu, kecuali pula kalau Allah memaafkannya.”
4. Hadis ke-589
Artinya:
“Diceritakan dari Abdullah bin Umar Ibnu ‘Ash bahwa Rasulullah saw
bersabda: Shalat yang paling disukai Allah swt ialah shalat nabi Daud,
dan puasa yang paling disukai Allah swt ialah puasa nabi Daud. Beliau
tidur setengah (nishfu) malam, berdiri (shalat) sepertiganya (tsuluts), dan tidur seperenamnya (sudus), beliau puasa satu hari dan berbuka satu hari.”
5. Hadis ke-596
Artinya: “Dari Masruq ra katanya: Aku bertanya kepada Aisyah tentang shalat malam Rasulullah saw. Jawabnya: Adakalanya tujuh, atau sembilan, dan ada juga sebelas rakaat, belum termasuk dua rakaat fajar.”
Dari contoh-contoh hadist tersebut dapat memperkuat bukti bahwa Nabi Muhammad selain memiliki sifat shiddiq, amanah, dan tabligh, juga memilik sifat fathanah/cerdas yang yang juga terdapat pada kecerdasan intelligences yaitu kecerdasan logika matematika yang ditemukan oleh Dr. Howard Gardner guru besar psikologi Harvard University.
Penelitian
yang diangkat disini sebatas analisis kecerdasan matematika (berupa
operasi penjumlahan) yang terdapat dalam pribadi Rasulullah. Jadi, masih
banyak lagi sifat kecerdasan matematika yang tertanam dalam diri
Rasulullah yang dapat diteliti oleh peneliti yang akan menindaklanjuti
penelitian ini. Seperti, hal-hal yang terkait dengan operasi
pengurangan, perkalian, pembagian, dan lain-lain.
*)Artikel hasil penelitian
di ambil dari berbagai refensi
peneliti pemula Indah Rahmawati & Nugraheni Syakarna
0 comments:
Posting Komentar