Peran
mahasiswa sebagai symbol Agent of change akan terealisasi apabila mahasiswa
tersebut kritis terhadap lingkungan sekitar. Mahasiwa adalah gerakan moral yang
berperan penting untuk kedamain negaranya. Masyarakat memandang mahasiswa
adalah suatu masa yang dapat memberi perubahan.
Kebijakan
Publik Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) UIN Maliki Malang pada
tanggal 28 Februari kemarin, menggelar Workshop Ulul Albab denga tema Republik
Mahasiswa ideal. Tujuan dari acara itu adalah untuk mencari solusi dari
berbagai nara sumber yang telah berpengalaman berkecimpung dalam politik
kampus. Acara yang disusun dengan diskusi panel tersebut telah berhasil
menyedot perhatian mahasiswa UIN Maliki Malang.
Acara
dibuka oleh ketua komisariat KAMMI UIN Maliki Malang Wahyudi, kemudian
dilanjutkan dengan diskusi panel yang di moderatori oleh Iqrok Wahyu Perdana.
Diskusi diisi oleh ketua BEM-FE Universitas Brawijaya Arif Budi Laksono, Abdul
Wafit wakil ketua BEM-U UIN Maliki Malang 2009-2010 dan Andres Arison Hariska Praja ketua BEM-U
2006 Universitas Negeri Malang(UM).
Dalam
diskusi tersebut Abdul Wafit berpendapat bahwa berbicara tentang Republik
Mahasiswa (RM) maka idealisme dari setiap organisasi itu berbeda. Setiap
mahasiswa mempunyai kesenangan sendiri-sendiri. Bila mereka memang tidak suka
politik dan lebih mementingkan akademik maka ada baiknya tidak usah di paksa
untuk berkecimpung dalam dunia politik, Biarkanlah mereka belajar. Perubahan
terencana tidak dimulai secara tiba-tiba. Tapi melalui konsep yang sangat
panjang. Dan jika menginginkan perubahan secara nasional maka di mulai dari
kampus.
Kemudian
diskusi disambung oeh Arif Budi Laksono. Dalam diskusinya mengungkapkan bahwa
mahasiswa ibarat tatanan kota yang didalamnya terdapat sebuah kebun yang
dikerumuni orang, dan ketika ditanya maka mahasiswalah yang menjawabnya.
Diskusi panel terakhir di sambung oleh ketua BEM-U 2006 UM. Andres berpendapat
bahwa ketika menjadi mahasiswa merupakan puncak dalam memegang idelisme. Apakah
masih bisa dalam memegang idealisme atau malah luntur dengan idealismenya,
karena ketika menjadi mahasiswa merupakan puncak-puncaknya dalam mengejawantah
idealisme.
Politik
kampus sangat mempengaruhi kesejahteraan civitas akademik dalam kampus
tersebut. Ibarat suatu Negara, kampus mempunyai aparatur pemerintahan yang
disebut dengan BEM. Dalam BEM mahasiswa di pilih untuk mengambil kebijkan,
belajar berorganisiasi sebelum berkecimpung dalam urusan aparatur Negara. Ada
juga MPM (Majelis Permusyawarahan Mahasiswa) yang mempunyai fungsi ibarat
majelis perwakilan aspirasi rakyat.
Workshop
ini ditutup dengan melouncingkan suatu gerakan edukasi yang disebut dengan
GERAKAN PEWARIS NEGERI. “gerakan ini muncul untuk mengatasi keresahan karena
aktivitas politik campus yang kurang gairah yang mungkin di sebabkan oleh tidak
adanya jalan mahasiswa untuk menuju kesana, atau kurang nya minat mahasiswa yg
hanya mementingkan akademiknya saja. Keresahan ini juga timbul karena adanya
politik yang hanya muncul ketika pemira saja. Ironisnya politik ini tidak hanya
muncul karena sistemnya partai, kalau memang partai maka harus menunjukkan
eksistensinya sebagai partai, dan tidak hanya muncul ketika pemira saja”, tegas
Wahyudi mahasiswa Teknik Informatika UIN Maliki Malang. Nama gerakan ini
diambil karena agar kita sebagai mahasiswa ulul albab mampu mewarisi negeri dan
bukan sebagai penjajah negeri. Kemudian untuk mengimbangi gerakan ini, pada tanggal 9 maret di mulai agenda COP
(Class of Politic) yang akan di buka jaringan setiap fakultas dan jurusan. Harapan
dari gerakan ini adalah untuk melahirkan pemimpin yang jujur dan ulul albab.
0 comments:
Posting Komentar