Kewajiban kepala keluarga

Sore hari seperti biasa saya di rumah berdua saja dengan princess cantik Haisya sambil menunggu suami pulang. Haisya biasa mandi sore pukul 16.00 kadang juga pukul 16.30. Sambil menunggu suami pulang, saya membangunkan si kecil untuk mandi karena waktu sudah menunjukkan pukul 16.35. Tak beberapa lama terdengar notifikasi WA masuk.

"Ooh dari ayah", langsung saya buka WA tersebut yang isinya bikin saya deg degan.

"Yank, aku pusing", begitulah pesan WA tersebut.

Tanpa replay langsung saya telpon suami.

"Yank.. Pusing sejak kapan? Sekarang dimana?", tanyaku panik.

"hehehe, aku sekarang ada di rumah lawu mau dibawakan apa?", tanyanya mengalihkan pembicaraan. Ketika itu kami sedang menginap di rumah orang tua. Dan suami mampir ke rumah tempat tinggal kami di jln. Lawu Ponorogo.

"Gak deh yank", jawabku singkat

Tiba dirumah tiba-tiba suami langsung tidur di kasur di ruang TV.

"yank.. Sakit apa? Pusing kenapa? Pusing kerjaan atau pusing sakit beneran?", saya membombardi dengan berbagai pertanyaan.

Suami hanya tersenyum dan langsung pergi ke kamar mandi, beberes diri dan makan malam bersama. Dan saya pun masih penasaran dibuat tingkah anehnya.

Pada dini hari seperti biasa setelah sholat tahajud saya bertanya pada beliau.

"yah.. Tadi kenapa pusing?",tanyaku lagi.

"aku habis ikut kajian yank.. Dan ilmu kemari belum bisa mengamalkan. Karena menerima ilmu itu pun juga amanah. Aku ingin membawa kalian ke surga bersama", jawabnya penuh makna.

"Terus pusingnya dimana? ", tambah penasaran.

"karena aku ingin kita nanti bersama lagi di Surga".

"jadi aku harus bagaimana?, apakah ada yg salah denganku?", bertanya lagi karena semakin penasaran

"Cukup jadi istri yang taat dan ibu yang baik", beliau meyakinkan.

"Jadi selama ini aku belum bisa seperti itu yank? ", lagi-lagi aku semakin penasaran.

"enggak sayang... Kamu sudah baik sekali, usahakan tetap istiqomah ya yank.."

"He'eh InsyAllah", aku mengangguk.

"Tau cerita Rasulullah ketika menerima wahyu pertama kali? Beliau pulang ke rumah dan sungguh sangat ketakutan. Ketika sampai di rumah, Khodijah tidak langsung bertanya pada beliau tapi Khodijah langsung menyelimuti Rasulullah", Pak suami pun memberi wejangan kembali.

"iya yank,Aku udah tau cerita itu, maaf ya.. Tadi kepo pakai bingit, karena aku khawatir kalau terjadi apa-apa".

Suamipun terseyum. Dan kami pun melanjutkan diskusi kembali. Bagitulah Pak Suami beliau mengingatkan dengan cara penuh makna bahkan mengambilkan contoh dari cerita para Sahabat dan Rasulullah. Iya, karena dalam mengingatkan tidak harus meninggikan suara tapi ada baiknya kalau lebih meninggikan makna.

0 comments:

Posting Komentar