Kisah-Kisah Pengantar Kesempurnaan

Pernah kah kalian mendengar potongan kalimat penyejuk jiwa ini? “Ta’allam falaisal mar u yuu ladu ‘aa liman wa laisa akhu ‘ilma kaman hua jaa hil”. Ini bukanlah potongan ayat al-Quran, akan tetapi kata-kata mutiara atau dalam istilah arabnya biasa dikenal dengan makhfudzot ini, memiliki makna yang mendalam untuk kehidupan kita. Bukan hanya makna saja tapi kalimat makhfudzot yang begitu singkatnya memilki kontribusi yang besar dalam perjalan kehidupan kita. Bagaimana tidak, kata-kata yang sudah tidak asing lagi di lingkungan pesantren ini dharapkan tidak hanya dipelajari ataupun dihafalkan saja akan tetapi bisa diambil intisati dari definisi tersebut. 

Belajarlah karena manusia itu dilahirkan tidak dalam keadaan pintar, Menyikap dari balik tabir makna makhfudzot diatas dapat kita tafsirkan bahwa setiap insan perlu untuk belajar karena pada dasarnya kita dilahirkan bagaikan kertas putih. Tergantung bagaiman kita bisa menggoreskan tinta apa pada kertas itu. Untuk itu kita perlu melakukakan banyak hal yang relevan dengan tanggung jawab kita sebagai kholifah dimuka bumi, agar kita bisa belajar di setiap perjalanan dan untuk memenuhi tanggung jawab kita sebagai kholifah di muka bumi. 

Penciptaan manusia sebagai makhluk sempurna yang dikarunia akal untuk berfikir dan memutuskan sesuatu menjadi pembeda dari esistensi makhluk Allah yang lain. Dalam hal ini manusia juga perlu banyak belajar agar apa yang telah diserap disetiap sirkulasi perjalanannya dapat difilter, sehingga dapat mengambil sari pati pelajaran positif pada cerita-cerita yang mengandung nilai mulia didalamnya. 

Kitab Al Khikayat Al ‘ajibah merupakan kumpulan cerita-cerita nyata pada zaman rasulullah dan sahabatnya yang dikemas dalam bentuk wacanan dengan bahasa sederhana, sehingga para pembaca kitab ketika mendalami isinya tidak kesulitan dalam mencerna kandungan kitab tersebut. Kita bisa mengamati lember per lember dan pada setiap judul cerita tersebut sudah tercium akan aura keislaman yang dapat mengantarkan kita menuju jejak kehidupan yang sempurna. 

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa keadaan keimanan kita bagaikan air laut yang pasang surut, ketika keimanan kita dalam keadaan pasang maka kita tidak perlu telalu mengkhatirkannya lagi. Yang perlu dikhatirkan adalah seberapa lamakah kita bisa mempertahankan kaimanan kita agar tidak mudah surut. Karena jika hal itu terjadi akan sangat membahayakandiri kita khususnya pada jiwa kita. 

Cerita-cerita yang terangkum dalam kitab ini seperti Fadhlu Basmalah, Fadhlu Qiyamullail, Al Khikayatu fi ‘Ibadatisholikhin, dan Al Khikayatu fiba’dzi Mu’jizatihi dan lain-lain dapat memberikan energi yang luar biasa dalam diri kita. karena setalah membaca cerita-cerita ini kita dapat termotivasi kembali. Dalam khikayat tersebut terdapat banyak pelajaran hidup yang diambil dari kisah-kisah dalam al-Quran, agar menjadi inspirasi kita dalam menyelesaikan setiap problema kehidupan. 

Buku yang mempunyai lebih dari 55 kisah teladan diterbitkan oleh pondok pesantren Hidayatut Thullab merupakan buku pedoman pembelajaran para santrinya. Kisah-kisah tersebut dirangkum sendiri oleh kepala Ponpes dan Madrasah Hidayatul Thullab KH. Ahmad Yasin Asymuni untuk masayarakat dan terutama untuk santrnya sendiri, agar ketika mereka dilepas dalam lingkungan masyarkat mereka bisa mengambil arah positif dalam menentukan setiap langkahnya

0 comments:

Posting Komentar