[Resensi] Gejala Timbulnya Gangguan Jiwa dan Pengobatannya

Siapakah manusia itu ? pertanyaan itu sejak zaman dahulu sampai sekarang dan yang akan datang, akan terus menjadi bahan pemikiran dan tak akan ada habis-habisnya. Setiap golongan manusia akan memberikan jawaban atas uraian yang berbeda tentang manusia dan tujuan hidupnya. Jawaban tentang pengertian manusia dan tujuan hidupnya adalah merupakan hal mundamental , suatu hal yang menentukan tingkah laku manusia.

Seiring dengan perkembangan zaman, manusia sebagai makhluk yang sempurna dan terkadang juga menjadi makhluk terandah diantara makhluk-makhluk lainnya mengalami perjalanan yang panjang untuk mengarungi sandiwara kehidupan yang terkadang dapat memberi petunjuk dan terkadang dapat terjerumus pada lembah hitam yang membuat mereka lebih rendah dari binatang. Karena tidak kuat dengan perkembangan zaman yang ada, banyak manisia yang lupa akan kekhilafahannya di muka bumi. Dan melakukan hal-hal tanpa adanya pertimbangan akal dan hanya meniruti hawa nafsunya. Ketika manusia telah terlena oleh hawa nafsunya, maka penyakit jiwa yang tidak kita sadari sudah masuk dan menyerang hati sekaligus akal kita.

Dalam literature-literatur psikologi di jelaskan bahwa penilaian utama pada perilaku manusia adalah keadaan jasmani, kualitas kejiwaan, dan situasi lingkungan. Selain itu aliran-aliran psikologi menunjukkan bahwa filsafat yang mendasari bercoraknya antroposentrisme yang menempatan manusia sebagai pusat segala pengalaman dan segala peristiwa yang manyangkut masalah manusia. Hal ini menagngkat derajat manusia sebagai makhluk yang memilik akal budi yang hebat sehingga memiliki kebebasan untuk berbuat apa yang dianggap baik dan benar menurutnya.

Kepribadian merupakan gagasan yang tidak permanen atau tidak mapan, yang dianut sendiri oleh manusia yang berasal dari dirinya sendiri maupun orang lain. Dan yang paling sulit adalah bagaimana manusia memahami hakikat dirinya ataupun orang lain. Namun dalam al-Quran, kita menemukan sifat hakiki mengenai jati diri manusia. Secara implisit al-Quran menginformasikan bahwa manusia memiliki tiga aspek ynag tidak dapat dipisahkan namun dapat dibedakan. Ketiga aspek itu adalah jismiyah (fisik, biologis), nafsiyah (psikis, psikologi), dan ruhaniyah (spiritual, transendenmental).

Pada umumnya manusia dibedakan menjadi 2 aspek yaitu jasad, dan ruh. Sedikit sekali yang membedakan menjadi 3 aspek yaitu jasad, ruh, dan nafs. Yang mempunyai kriteria sendiri-sendiri tapi mempunyai keterkaitan satu sama lain. Jasad sifatnya kasar dan empiris yang sifatnya ingin mengejar kenikmatan duniawi. Selain itu juga memilik beberapa karekteristik, seperti memiliki bentuk, rupa, kuantitas, berkadar, bergerak, diam, tumbuh, berkembang, serta jasad yang terdiri dari berbagai organ, dan bersifat material yang sebenarnya substansi yang mati. Sedangkan kehidupannya dimotori oleh ruh dan nafsu. 

Sedangkan ruh sifatnya halus dan gaib dan cenderung mengejar kenikmatan samawi, ruhani dan ukhrawi. Pada dasranya jasad dan ruh ini saling mempunyai keterkaitan. Jasad tanpa ruh merupakan substansi yang mati. Ruh tanpa jasad tidak dapat teraktualisasi. Karena mengatur hubungan manusia dengan yang Maha Transenden, maka ruh juga bersifat transebden. Pembahasan tentang ruh dibagi menjadi dua bagian, yaitu : ruh yang masih murni berhubungan dengan zatnya sendiri (munazzalah) dan ruh yang berhubungan dengan jasamani (nafsiyah). Wujud Ruh munazzalah ini adalah al-amanah. Tanpa amanah maka manusia tidak memilik keunikan dengan makhluk-makhluk lainnya. Ruh ini perlu pegingat, petunjuk ataupun pembimbing yaitu al-Quran dan Sunnah. Apabila aspek-aspek inheren ruhani al-gharizah lupa akan dirinya,ruh ini akan memberi peringatan. Sedangkan adalah bagian dari ruh manusia yang berhubungan dengan jasad.

Buku ini menjelaskan tentang sinergi antara kedua esensi ini, yaitu nafs. Denagan nafs maka masing-masing keinginan ruh dan jasad akan terpenuhi. Dengan nafs manusia mampu berpikir dan mampu membedakan mana yang benar dan salah, sebab dalam nafs terdapat akal. Nafs memiliki potensi gharizah (insting, naluri, tabiat, perangai, kejadian laten, ciptaan, sifat) bawaan. Dalam terminologi Freud, Insting merupakan bagian dari Id dan perwujudan dari suatu sumber rangsangan somatic dalam yang dibawa sejak lahir. Perwujudan somatisme disebut dengan hasrta, sedangkan darimana hasrat itu muncul disebut kebutuhan. Sedangkan hemat Mac Dougall, insting merupakan keadaan pembawaan yang menjadi pendorong atau sebab timbulnya perbuatan.

Perpaduan struktur jasmani dan rohani selanjutnyadiwadahi oleh struktur nafsani yang didalamnya terdapat potensi baik dan buruk. Sebagaimana dikatakan diatas, struktur ini memiliki tiga komponen, nafsu, akal, dan kalbu. Komponen-komponen ini saling berinteraksi satu sama lain dalam pembentukan kepribadian. Baik-buruknya tergantung pada interaksi yang harmonis dengan fakultas berfikir. Kalbu naturnya baik dan nafsu naturnya buruk dan akal naturnya baik dan buruk, Semua ini berpusat pada kalbu. 

Setelah kita lihat cara kerja struktur jasmani dan rohani begitu unik system-sistem ini, sehingga salah satu komponennya berkemungkinan untuk mendominasi komponen lainnya. Cara kerja yang demikian itu terjadi apabila kepribadian telah berbentuk actual bukan potensial. Artinya, perbuatan system nafsani karena mengikuti kemauan dan keinginan Aku-nya seseorang.

Hal ini jika kalbu menuruti natur buruk yaitu nafsu maka akan menimbulkan perbuatan atau pikiran yang aneh pada masyarakat awam disebut dengan gangguan jiwa. Terdapat dua ganguan jiwa yaitu gangguan jiwa dalam perspektif psikologi dan gangguan jiwa dalam perspektif islam. Sehingga diperlukan psikoterapi dalam penyembuhannya. 

Psikoterapi perspektif islam & psikologi kontemporer menjadi jawaban itu semua. Harapan besar dari buku ini adalah menyembuhkan manusia dari gangguan jiwa yang dilihat baik dari perspektif psikologi maupun dari perspektif islam. Sehingga orang yang mengalami gangguan jiwa dari perspektif psikologi dapat dilakukan dengan psikoterapi mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya, dengan cara modifikasi perilaku, pikiran dan emosi sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya. Sedangkan gangguan jiwa dalam perspektif islam yang terbagi menjadi dua kategori yaitu bersifat duniawi dan ukhrawi 

Macam-macam psikopatologi yang bersifat duniawi berupa gejala-gejala atau penyakit kejiwaan sebagaimana disebut dalam psikologi kontemporer. Sedangkan psikopatologi bersifat ukhrawi, berupa penyakit akibat penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai moral, spiritual dan agama. Untuk penyembuhan psikopatologi dalam perspektif islam diperlukan juga psikoterapi islam yaitu proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit baik mental, spiritual, moral maupun fisik dengan melalui bimbingan dan pengajaran Allah swt, malaikat-malaikatNya, nabi dan rasulNya atau ahli waris para nabNnya. 

Selama ini kita hanya mengganggap bahwa penyakit gangguan jiwa yang rigan baik persepektif psikologi maupun perspektif islam bukanlah suatu penyakit. Padahal jika diamati dengan seksama bahwa penyakit gangguan jiwa rigan seperti, malas, marah, dendam, iri, dengki merupakan cikal bakal dari keseriusan gangguan jiwa yang bisa merusak baik mental, spiritual, moral maupun fisik. 

Realitanya, manusia sekarang banyak mengabaikan penyakit gangguan jiwa yang perlu ditangani lebih serius dari penyakit jasmani lainnya. Apalagi banyak kita lihat di era ini, manusia semakin silau dengan modernisme yang mengajaknya semakin jauh dari Tuhannya dan lebih memilih untuk terjun pada dunia yang penuh dengan kesenangan sementara. Memang jika dilihat dari luar, sekilas hal ini adalah sesuatu yang biasa saja. Tapi pada kenyataanya, masalah ini dapat membahayakan jiwa manusia itu sendiri. Karena pada dasarnya jika jiwa sudah terganggu maka berpengaruh juga terhadap jasmani kita. Kita tidak lagi bisa berpikir dengan jernih. Sehingga tanpa kita sadari kita bertinghkah laku yang tidak sesuai dengan norma-norma agama dan lingkungan. 

Karya ini juga menggali semua tentang ciri orang yang mengalami gangguan jiwa sehingga kita bisa mengetahui apa yang telah kita rasakan sekarang. Normal kah kita? atau sedang sakit kah kita?? sehingga dari sini pun kita dapat mengantisipasi terhadap gangguan-gangguan jiwa yang mengintari kehidupan kita dengan segera melakukan psikoterapi baik secara psikologi maupun islami. 

Sebagai manusia kita telah dikarunia akal oleh tuhan agar bisa berpikir secara normal untuk membedakan baik dan buruk, mana yang terbaik buat kita dan mana yang membahayakan diri kita. Tentunya akal akan berfungsi dengan baik jika jiwa dalam keadaan baik.

0 comments:

Posting Komentar