Apa identitasmu?hmm jadi mikir...setelah baca postingan bapak pembina FLP Malang ini, saya jadi mencari-cari apa identitas saya. sebenarnya postingan ini sudah lama sih..tapi saya baca kembali dan ingin menshre di blog saya. Baiklaaah, mulai saat ini saya putuskan identitas saya adalah penulis. sejak liburan ini saya sudah ketagihan bloging lagi. Kalau sebelum-sebelumnya nulis cuma diendapkan dalam lepi, dan yang dishare di blog hanya yang formal-formal saja, tapi kini saya biasakan share di blog saja lah. Ternyata seru juga ya...blogging (udah dari dulu kaleee). Itung-itung terapi wkwkwkwkw. silahkan disimak ya..cekidooot ^_^
Sejak kecil, sejak saya mulai gemar
membaca, saya sudah sangat ingin menjadi penulis. Saat itu belum ada
yang mengajarkan kepada saya bahwa penulis adalah sebuah profesi yang
bisa dijadikan cita-cita, dan sampai saat ini pun sebenarnya banyak
orang yang masih skeptis bahwa menulis bisa dijadikan profesi.
Semakin lama kegemaran saya membaca semakin berkembang sehingga
berubah menjadi kegilaan. Bagaimana tidak dibilang gila bila saya
korbankan seluruh uang jajan saya hanya untuk beli buku. Apa namanya
bila anak usia SD menghabiskan sebuah novel dalam waktu sehari semalam,
kalau bukan gila. Kegilaan saya membaca buku juga menguatkan keinginan
saya untuk menulis, menjadi penulis. Karena saat-saat itu di sekitar
saya tidak ada penulis, dan tidak ada yang membimbing saya untuk
menulis, maka keinginan hanya menjadi keinginan.
Pada tahun dua ribu enam, di usia saya yang ketiga puluh empat saya
dipertemukan dengan komunitas penulis FLP. Saat itulah saya mulai berani
menulis. Sejak saat itu semangat saya menulis meningkat tajam. Seperti
hendak balas dendam akan terlewatnya usia saya tanpa menulis, saya
menggebu belajar dan berlatih menulis.
Sekarang, setelah saya berhenti bekerja sebagai karyawan, apakah
profesi saya adalah penulis? Bukan! Penulis bukanlah profesi bagi saya
saat ini, tapi lebih dari itu. Bila profesi saya penulis berarti suatu
saat saya bisa pensiun dari profesi penulis, atau suatu saat izin
praktik saya dicabut sebagai penulis. Bagi saya penulis adalah
identitas.
Dalam NLP dikenal ada enam Neurogical Layer. Identitas adalah layer
tertinggi setelah spiritual. Identitas sangat mempengaruhi layer-layer
di bawahnya yaitu nilai, kemampuan , perilaku, dan lingkungan.
Apa beda profesi dengan identitas? Profesi memerlukan legalisasi dari
eksternal , dari orang lain, dari lingkungan, sedangkan identitas
adalah pilihan diri sendiri, dari dalam, internal dan tidak tergantung
eksternal. Profesi ada pada layer terendah karena sangat terpengaruh
lingkungan. Seharusnya, profesi dipilih berdasarkan identitas, tapi
banyak orang memilih profesi yang tidak sesuai identitasnya. Apa yang
terjadi bila seseorang memilih profesi yang tidak sesuai identitasnya?
Saya memutuskan untuk menjadikan penulis sebagai identitas saya. Bila
saya ingin bahagia, bila saya memutuskan untuk bahagia, maka
nilai-nilai yang saya pegang haruslah sesuai identitas saya sebagai
penulis. Selanjutnya saya harus mengembangkan kemampuan saya sesuai
nilai-nilai yang saya yakini, karena saya harus berperilaku sesuai
identitas dan nilai-nilai yang sudah saya pilih dan putuskan, sebagai
penulis. Dengan identitas pilihan saya, saya harus bertanggungjawab
kepada lingkungan.
Apa yang terjadi bila ada ketidakselarasan antar layer? Orang sering
menyebutnya galau…Karena itu, bagi yang sedang galau silakan evaluasi
keselarasan neurogical layer Anda, dimulai dari memilih identitas,
karena saya yakin spiritual Anda tidak bermasalah. Bagaimana bila yang
belum jelas spiritualnya? Silakan Anda benahi dulu….
Pilih dan putuskan identitas Anda! Pilih yang terbaik dan paling
bermanfaat. Identitas adalah jawaban pertanyaan ‘Siapa Anda?’, sehingga
biasanya jawaban bukan kata tunggal tapi majemuk yang saling melengkapi
dan menguatkan.
Saya seorang penulis yang ingin selalu menjadi lebih baik, identitas saya. Siapa Anda, apa identitas Anda?
0 comments:
Posting Komentar