Selasa, 30 November 2010

Profesor Rokok Sehat


“Untuk menjadi orang besar dan menghsilkan sesuatu yang besar maka kita harus osistensi dalam bekerja, tidak menunda-nunda pekerjaan, berusaha, dan tawakal pada Nya”, Begitulah pesan Prof. Dr. Sutiman ketika di wawancarai diruangannya Senin kemarin(29/11). Sosok yang terlihat sabar dan tenang itu, telah  berkenan untuk membagi pengalaman tentang lika-liku kehidupannya serta rencana-rencana kedepannya untuk mengembangkan fakultas Sains dan teknologi Universitas Islam Negeri Malang. Dekan Fakulatas Sains dan teknologi bercerita, bahwa dirinya bisa seperti sekarang ini tidaklah direncanakan, akan tetapi semunya berjalan apa adanya. Hanya punya rasa ikhlas untuk melakukan sesuatu dan mempunyai niatan yang kuat untuk menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi orag lain hal tersebut akan mengantarkan kita pada hal-hal yang tidak pernah kita rencanakan sebelumnya. 

“saya hanya berusaha untuk ikhlas dalam melaksanakan tugas dan tidak menunda-nunda pekerjaan selain itu selalu kritis dalam lingkungan untuk mencipatakan inovasi-inovasi terbaru yang bermanfaat bagi orang lain”, ujar Profersor penemu rokok sehat tersebut. 

Ide itu adalah fitrah yang di miliki manusia. Munculnya ide dalam menemukan rokok sehat karena adanya niatan untuk mengatasi permasalahan masyarakat akan bahaya racun nikotin  yang terkandung dalam rokok.  Hari bebas tembakau sedunia sebenarnya tidaklah perlu diadakan dan di peringti, karena segala sesuatu itu tidaklah diciptakan untuk membawa mala petaka saja akan tetapi segala sesuatu yang di ciptakan Tuhan pasti ada hikmah dan manfaatnya. Terkait dengan penemuannya, beliau menjelaskan bahwa untuk menemukan rokok sehat ini harus melalui penelitian yang cukup lama. Karena peneliti yang sesungguhnya adalah peneliti yang telah meneliti  hasil temuannya selama 4-10 tahun. Kemudian terus diuji kemampuannya, diseminarkan, di publikasikan,  diperdebatkan dan dibantah oleh banyak orang. Selain itu juga  seorang peneliti adalah orang yang peka terhadap permaslahan di sekitarnya. 

Terkait dengan rencananya mengembangkan Fakultas Sains dan teknologi kedepan, Professor yang pernah menempuh S3 di Universitas Nagoya Jepang ini berencana untuk menambah pasca sarjana dalam bidang Sains dan Teknologi dan Pendidikan Sains dan Teknologi, sehingga terdapat dua fakultas pasca sarjana dalam bidang sains dan Teknologi.  Akan tetapi ketika ditanya tentang rencana untuk menjadikan fakultas ini menjadi ICP (International Class Program) beliau berpendapat bahwa kelas international tidaklah  identik dengan memakia bahasa Asing saja.  “Sistem pendidikan, ilmu pengetahan yang unggul sehingga dapat menarik bengsa lain untuk belajar disitu, Sebenarnya itulah yang di harapkan dari kelas Internasional” .Ujar Alumni S1 dan S2 Jurusan Biologi Universitas Gajah Mada ini. 

Dengan adannya sistem pembelajaran general dan penjurusan di ssemester akhir dalam jurusa-jurusan Sains dan Teknologi ini diharapkan dapat menguasai basic dalam ilmu tersebut sehingga dapat di aplikasikan atau dapat di bawa dalam bidang apa pun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar