Sudah menjadi hal
yang wajar jika jam-jam kerja keadaan lalu lintas menjadi sangat padat. apalagi
dikota-kota besar yang berakibat menjadi macet dan terhambatnya seluruh aktifitas
kita. Kita akan melihat bagaimanakah jika lalu lintas itu sudah macet. Semuanya
ingin segera sampai tempat tujuan dengan cepat. Setiap kendaraan satu dan yang
lainnya saling berebut celah. Untuk memperlancar perjalanan mereka. Angkutan
umum, pengendara sepeda motor, pengendara mobil pribadi saling beradu celah.
sebagai pengendara sepeda motor, saya sendiri, anda semua pasti merasakan
bagaimanakah jika berpapasan dengan mobil dan truk besar. Jika kita tidak
mengambil celah yang ada di sekitar kendaraan besar tersebut, maka kita akan
sangat ketinggalan dan manjadi terbelakang. Tidak hanya itu, asap dari knalpot
akan sering menyapa kita, kita hanya bisa melihat bagian belakang mobil dan
tidak tau keadaan di depan kendaraan besar tersebut. Berjalanpun kita akan mengikuti jalan mobil
itu, walaupun sangat aman tapi pelan dan sangat lamban. Mungkin bagi
orang-orang yang berjiwa pasrah, suka dengan hal aman, hal itu tidak masalah
karena dengan begitu kemanan mereka akan selalu terjaga. Tapi apakah akan
selamanya seperti itu?. Mengikuti arus kendaraan besar dalam keadaan macet.
Berjalan sangat lamban, setelah semuanya kedaan lalu lintas selesai mobil itu
akan melaju dengan kencang dan kita
sebagai kendaraan bermotor akan tertinggal jika kita tidak mengendarainya
dengan kecepatan tinggi.
Saya pribadi
sebagai pengendara sepeda motor, bisa dibilang driver yang tidak tahan dengan
kemacetan lalu lintas. Ini baru di kota Malang, belum mengendarai langsung di
Kota Metropolitan. Jika mengendarai sepeda motor agar cepat sampai tujuan,
biasanya saya selalu mengambil celah diantara kendaraan besar. Tepi jalan yang
sekiranya muat untuk dilewati motor langsung saya terobos masuk. Bukan hanya
itu jika ada jalan non aspal, dan dirasa tidak berbahaya untuk dilalui saya
mencoba untuk melewatinya. AGAR segera bebas dari kemacetan. ternyata hal ini
tidak saya lakukan sendiri, pengendara motor lainnya pun melakukan hal yang
sama. Keadaan seperti ini memang cukup berbahaya bagi pengendara sepeda motor.
Apalagi jika harus melewati celah antara
mobil satu dengan mobil lainya. Tapi jika hal ini tidak dilakukan, kita akan selamanya
menjadi kelompok pengendara sepeda motor
tertinggal dan tempat pembuangan asap polusi kendaraan besar. Selama menyelip bisa
kita lakukan dan tidak melaggar peraturan lalu laintas, kenapa tidak?.
Kompetisi kehidupan
seperti halnya mengendarai sepeda motor di tengah-tengah kemacetan. Kita dan
motor ibarat diri kita sendiri, jika kita lerasa diri kita kecil, bodoh, dan
tidak bisa apa-apa, saya menyarankan agar melakukan seperti pengendata motor
tadi. Pengendara yang menerobos celah- celah. Agar kita tidak tidak selalu menjadi yang
terbelakang. Menyelip dengan aman. Jangan sampai menerobos di jalan yang kurang
aman, karena bis berakibat fatal untuk keselamatan. Berjalan lebih cepat boleh,
tapi asalkan juga mematuhi peraturan lalu lintas yang ada. Keluar dari batas
jalan beraspal boleh asalkan tidak membahayakan
dan merugikan orang lain.
Hidup adalah
kompetis, siapa yang berjalan lebih cepat dan mempunyai strategi yang lihai
dalam memainkan perannya dialah yang akan terlebih dahulu sampai pada tempat
tujuan. Bergerak cepat memang tidak selamaya mulus, harus fokus, dan hati-hati.
Penuh rintangan itu sudah biasa, tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Seperti halnya mengendarai sepeda motor, jika kita melewati rintangan berupa
jalan terjaldan kemacetan, yang harus kita lakukan adalah hati-hati dan fokus
pada jalan. Bisa kita bayangkan apa jadinya jika seorang driver dengan pikiran yang melayang-layang, tidak hanya merugikan
diri sendiri tapi juga akan merugikan orang lain. Mari kawan kita lakukakn kompetisi kehidupan ini dengan cara sehatdan
aman. Marilah kita berkompetisi, karena dunia ini tidak hanya di sekitar
kampus, tidak hanya di rumah, tidak hanya di kota, dan tidak hanya di komunitas
kita saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar