Keterhijaban dan baik sangka

Jika kalian sudah membaca buku "dalam dekapan ukhuwah" mungkin judul ini sudah tidak asing lagi. Salah satu judul tulisan ini menurut saya sangat menarik. Walupun masih ada judul-judul lain yang lebih menarik lagi.  Dalam judul ini ada beberapa paragraf menarik yang akan saya ulas kembali disini, salah satunya adalah tentang keadilan Allah.

Ada seorang kawan yang bertanya dengan nada mengeluh: "di mana keadilan Allah?" ujarnya.  Telah lama aku tunaikan sunahnya tak lalai aku menjalankan kewajibannya, kutebarkan shadaqoh. Aku berdiri di pertiga malam. Aku baca kalamnya. Tapi hingga kini Allah belum juga mewujudkan harapanku. Sama sekali.  Padahal ada teman lain yang aku tahu ibadahnya berantakan, wajibnya tak utuh, sunnahnya tak tersentuh, akhlaknya kacau, otaknya dan bicara nya kotor,  tapi begitu dia berkata dia menginginkan sesuatu hari berikutnya telah tersaji. Semua yang dia minta telah didapatkan. Di mana keadilan Allah? "

Rasanya Kawan satunya ingin memaki-maki untuk menghakiminya:" kamu sombong, kamu bangga dengan ibadahmu. Kamu menganggap hina orang lain. Kesombongan telah menghapus ibadahmu pantas saja doamu tidak diijabah. Mungkin kawan yang kau rendahkan jauh lebih baik lebih tinggi kedudukannya disisi Allah karena dia merahasiakan amal shalihahnya". Tapi dia sadar bahwa memaki tidak akan menyelesaikan masalah. Ini ujian dalam ukhuwah.  Akhirnya dia memilih sudut pandang lain yang lebih bermakna baginya daripada sekedar terinsafkan tapi sekaligus terluka. Dia khawatir akan meninggalkan luka yang lebih lama  dari pada kesadarnnya.

Maka dia bertanya, " pernahkah engkau di datangi pengamen?"
"iya pernah. " wajahnya serius, matanya  menatap lekat pada teman yang bertanta itu.
" bayangkan jika pengamen itu adalah seorang  yang bertato, berwajah seram dan bertindik.  Nyanyiannya lebih mirip teriakan,  kacau, balau dan cemprang. Lagunya tidak bisa dinikmati dan mengacaukan ulu hati. Apa yang akan kau lakukan?"
"segera ku berikan uang agar cepat-cepat dia pergi, " jawabnya
" Lalu bagaimana jika ada seorang pengamen yang suaranya merdu mirip Ebiet G. Ade,  berpenampilan rapi, sopan, ramah dan berpenampilan rapi, apa yang akan kau lakukan?"
"kudengarkan dan kunikmati sampai habis, lalu aku minta untuk menyanyikan lagu lain"
"kau mengertikan?"tanya temannya.

Bisa jadi Allah memperlakukan begitu pada kita para hamba-hambaNya.  Jika ada manusia yang keji, mungkar, banyak dosa dan dibenciNya maka dia firmankan pada malaikat: "cepat berikan apa yang dia minta aku muak mendengar ocehannya, aku risih mendengar pintanya." Tapi bila yang meminta adalah hamba yang dicintainya, rajin beribadah dan sedekah maka mungkin saja Allah akan berfirman: "tunggu!  Tunda dulu apa yang menjadi hajatnya, aku menyukai doa-doanya. Aku puja dan pujinya. Aku tak ingin dianmenjauh dariKu setelah mendapatkan apa yang dia pinta. Aku mencintaiNya.

Mari kita hayati firman dalam hadits qudsi, " sesungguhnya aku disisi prasangaka hambaKu pada diriKu."   Dengan prasangka baik kita merencanakan dengan penuh harap bahwa dikehidupan kelak Allah akan menempatkan kita di surga. Dengan prasangka baik juga kita kita akan menjalani hidup yang makin bermakna, penuh cinta, bahagia,  merenda mimpi, menggantungkan cita dan menyusun rencana untuk masa depan. Berprasangka baik kita dapat menyempurnkan keimanan. Agar kita bisa menjurai daun-daun dan bunga-bunga.  Agar kita mampu memetik buah yang manis, harum, dan lembut. Jadi, tunggu apa lagi, mari kita terus berprasangka baik kepadaNya.  -Dalam Dekapan Ukhuwah-

0 comments:

Posting Komentar